Jumat, 08 November 2013

Saat Tujuan Ditentang Oleh Orang yang Disayang, Dicinta, dan Dihormati

Sepanjang hari ini gak ada yang spesial sama sekali. Selalu berjalan seperti biasa, bangun pagi --> berangkat sekolah --> ketawa ngakak di kelas --> pulang dengan mencari tebengan dengan wajas melas --> buka laptop twitter-an --> nonton film --> makan --> mandi --> tidur --> bangun lagi. Itulah kegiatan gue sehari-hari kalau hari kerja, sekolah bagai tempat yang paling bahagia buat gue. Maklum gue anak sekolah tingkat akhir, tahun besok udah keluar dari sekolah dengan status "Lulus" (aamiin). Tapi pada malam hari itu ada sebuah kejadian dirumah gue yang membuat gue berpikir dan membuat gue resah sepanjang malam.

Awal dari kejadian hal tersebut adalah nyokap yang ngomel sama gue karena terlalu sibuk dengan hp dan laptop. Nyokap gue menyangka kalau gue cuma internetan terus kerjaannya. Dia merasa kalo gue tuh gak merhatiin dan menyepelekan pelajaran padahal gue udah mau Ujian Nasional beberapa bulan lagi. Padahal yang gue baca itu adalah materi tentang pelajaran besok dan tadi. Gue gak terlalu suka belajar dengan cuma membaca buku, pasti ada hal lain yang gak diungkap di buku itu. Jadi gue bukannya gak merhatiin dan menyepelekan hal tersebut. Dengan baca dari internet gue bisa sambilan buka twitter dan facebook, jadi gue gak terlalu stress gara-gara mikirin Ujian itu. Di sekolah udah belajar abis-abisan ditambah lagi belajar dirumah dengan pala dan otak yang udah mumet dengan segala pikiran itu. Jadi gue dirumah memilih buat santai dan rileks setelah melakukan kegiatan di sekolah.

Gue termasuk murid yang agak lumayan pinter, itu terbukti karena sepanjang kelas 11 gue selalu dapet rangking, yaa walaupun rangking 37-40 2-10. Itu semua gue dapatkan dengan belas kasihan ke semua guru.



Gue udah disuruh milih mau lanjut masuk universitas mana yang bakal gue pilih buat ngelanjutin study gue. Dalam hal ini orang tua gue bukannya ngasih pilihan tapi malah memaksa gue buat masuk kuliah jurusan radiologi (rontgen) buat ngikutin jejak bokap gue. Kenapa sih orang tua itu selalu merasa paling bener dan paling dewa? Mungkin mereka memang udah melewati asam-pahit-manisnya kehidupan, tapi kan gak semua yang mereka rasakan itu sama seperti yang kita rasakan. Kita jawab dengan argumen kita dan menyuarakan suara kita tentang apa yang kita rasakan malah dianggap ngelawan. Padahal kita cuma mau menyuarakan pilihan dan suara kita, tapi kenapa mereka merasa kita ngelawan mereka? Suatu saat akan tiba saatnya keinginan dan tujuan kita tidak disetujui oleh orang yang kita sayang, cinta dan sekaligus kita hormati dan itu adalah titik dimana paling galau. Mungkin setiap orang bisa dan pernah merasakan galau orang yang mereka cintai, dan sayangi. Tapi mungkin gak setiap orang pernah galau perkataan orang yang mereka cintai, sayangi, dan hormati.

Balik ke masalah gue dipaksa buat milih jurusan radilogi (rontgen). Katanya jadi orang kesehatan itu enak, dipakai terus sepanjang hidup. Mungkin kata-kata itu bener, tapi gue bukanlah tipe orang yang bisa atau suka dipaksa buat melakukan sesuatu yang gak gue inginkan. Alasan gue yang lain gak mau masuk radiologi, gue merasa kalau gue gak ada passion di bidang itu. Gue lebih tertarik ke bidang IT / komputer. Tapi gue orang yang bercita-cita menjadi seorang penulis oleh karena itu gue juga mau masuk sastra. Tapi orang tua gue dan beberapa sodara-sodara gue menganggap kalau jurusan sastra itu jurusan yang gak jelas masa depannya. Itu membuat gue cukup sakit hati, dan gue lebih sakit hati lagi saat nyokap gue bilang

"Mau jadi apa kamu kalau masuk sastra, asal kamu tau bapak kamu itu sakit hati karena kamu gak mau masuk radiologi, bapak kamu merasa udah gagal mendidik anak."

Satu kalimat yang membuat gue mikir, dan miris. Setelah nyokap gue bilang kalimat itu, gue langsung down, pikiran dan hati langsung berat dan ngerasa sakit, dada terasa nyeseg, sampai akhirnya air mata yang udah setahun gak keluar harus keluar dan menetes di pipi gue. Mungkin bagi beberapa orang yang mengenal dan mengetahui gue bakal merasa aneh kalau gue cerita ini sampai gue nangis. Ingatlah kawan Gak selamanya gue bisa menciptakan tawa, akan tiba saatnya gue bakal memberikan duka.Gue langsung merasa salah besar dengan segala kelakuan gue sepanjang hidup ini. Orang tua gue aja merasa gagal dan bisa bilang seperti itu, gimana orang diluar sana? 

Tapi dibalik itu semua, beruntungnya gue punya sahabat yang bisa menerima dan menenangkan gue dalam keadaan seperti apapun. Dia adalah Selvia Wulandari (ocan) dia adalah orang yang selalu gue datangi saat gue merasa mumet dan butuh tempat buat numpahin segala mumet itu. Gue sharing sama dia karena gue udah percaya sama dia, dan merasa kalau dia bisa mengatasi dan memberi saran sama gue tentang masalah yang gue hadapi. Pada masalah ini dia gak ngasih saran yang berarti. Tapi dia mengingatkan gue ke kalimat terkadang apa yang kita inginkan belum tentu yang kita butuhkan.

Sekian dulu kayaknya ocehan gue di post ini. Mungkin ada pembaca yang punya saran apa yang harus gue lakukan tentang masalah ini, silahkan ditulis di kolom komentar. Gue bakal merenungkan, mempertimbangkan, dan memikirkan saran kalian. Thanks for reading. See you next time!! :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar